Kamis, 24 Juli 2014

Tongkat Kayu dan Tongkat Air di Rumah Galuh

    
Dengan peralatan terlengkap, aku bersama kakak ku mencoba mengunjungi daerah di belahan Sumatera Utara lainnya di hari kedua ku di Medan setelah pulang kampung dari liburan kuliah.Ala-ala backpacker, dengan cariel sebagai bebanku sementara kakak ku sendiri hanya membawa tas kamera, ya maklum saja walaupun lebih tua tetap aku yang harus membawa beban paling banyak karena badannya yang lebih kecil dari aku. Untuk membawa dirinya saja berjalan lebih lama itu sudah cukup meringankan aku. Maklum saja, dia baru kali ini melakukan perjalanan seperti ini. 
Kami berdua, dan kami tidak tau persis tempat yang akan kami tuju.Kami tertarik ke tempat itu karena foto yang ditunjukin oleh teman dan karena nama daerahnya tidak jauh dari tempat kami (Medan) maka langsung aja cuss kesitu. Sekali lagi. Aku harus berterima kasih banyak pada teknologi yang kian canggih di jaman ini, dengan adanya internet kami bisa mencapai tempat yang kami tuju. Singkatnya, kami dapat nomor Pemandu daerah tersebut di salah satu halaman web, untungnya nomor tersebut masih aktif padahal catatan yang kulihat tersebut merupakan catatan 2 tahun silam. 
Nomor yang dituju dengan cepat merespon, malah menghubungi kami langsung. Jadilah kami tau rute angkot dan kendaraan umum yang harus kami naiki. Dari Medan kita harus naik angkutan menuju Pinang Baris kemudian naiklah angkot menuju Binjai dengan membayar Rp 7.000,-/org sampai di Binjai tepatnya di tanah lapang disebutnya jalan kaki atau bisa naik angkot menuju Pasar Bawah dengan membayar Rp 2.000,-/org. Dari situlah kemudian kami naik angkot berbentuk jenis L300 yang merupakan kendaraan terakhir menuju Desa Rumah Galuh dengan tarif Rp 10.000,-/org karena jarak tempuh menuju desa tersebut memang jauh yakni memakan waktu 2 jam lebih. Setibanya di tempat, kami pun disambut hangat oleh Bang Wanda yang merupakan anggota dari komunitas Pemandu Alam Rumah Galuh (PELARUGA) dialah yang kemudian menjadi guide kami untuk mengunjungi tempat tersebut. Bukannya apa-apa butuh guide, cuma di tempat tersebut memang harus menggunakan guide untuk dapat masuk.
Di Desa Rumah Galuh, Kabupaten Langkat Hulu banyak tersembunyi tempat yang ingin sekali ku kunjungi. Semua itu bersumber dari mata air yang membentuk suatu aliran yang kemudian dinamakan Sungai Abadi oleh warga tersebut. Aliran deras yang jatuh berkejaran tersebutlah yang akan kami kunjungi, ya air terjun.
Dijelaskan oleh Bang Wanda ada 3 air terjun yang menjadi primadona wisata di Desa Rumah Galuh, walaupun sebenarnya ada banyak. Ketiganya adalah air terjun Tongkat, air terjun Kolam Abadi dan air terjun Teroh-teroh. Kita dapat memilih mana yang akan kita kunjungi sesuai dengan paket yang diinginkan dan yang pastinya sesuai budget yang telah kita siapkan. Untuk mengunjungi salah satu air terjun maka biasnaya wisatawan dikenakan Rp 20.000/org, namun untuk mengambil paket mengunjungi ketiganya akan ditarif Rp 40.000,-/org. Jadi, karena ingin puas kami sepakat untuk mangambil paket yang kedua.
Bukan jarak yang dekat yang dilampaui untuk menuju air terjun teratas yaitu Tongkat. Guide bercerita bahwa biasanya beliau membawa pengunjung sampai ke tempat tersebut memakan waktu 1 hingga 1,5jam karena memang trekking melewati hutan rakyat dengan medan curam tanjakan dan turunan, jalurnya juga tidak begitu jelas pada tanjakan hanya galian manual masyarakat setempat. Tapi, untungnya kami dapat menempuh lebih cepat. Sekitar 45menit dengan 2 kali istirahat kami sudah tiba di air terjun tongkat daaaan waaaww indahnya. Birunya air berpadu dengan hijaunya tumbuhan yang menghiasi tebing disekeliling air terjun. Langsunglah lega dan menarik nafas panjang kakak ku yang tak terbiasa dengan trekking ini.
Setibanya di tempat tersebut kami langsung menyeduh kopi dengan kompor spiritus yang telah kami siapkan, sementara api memanaskan air, kami dengan asyiknya bermain di bawah libasan air itu.
Kami pun tidak sekedar mandi dan menikmati seduhan kopi dan mi ataupun menikmati durian gratis yang diambil langsung dari ohonnya oleh salah satu guide. Sesi foto pun tiba. Hal ini sudah sangat kami persiapkan dengan membawa dress khusus untuk berfoto, sayang banget ke tempat indah kalau tidak sekalian berpose indah ya kan. Haha. Untuk menghasilkan foto lebih menarik lagi, aku menggunakan lensa 50mm dengan bukaan yang lebih besar sehingga membuat bokeh yang lebih bokeh. Haha.
Setelah puas 2jam lebih bermain di air terjun tongkat, kami pun trekking lagi menuju Kolam Abadi. “Cantik banget. Cantik!” teriak kakakku. Bagaimana tidak, biru airnya itu sudah menyapa langsung dari kejauhan. Waw! Aku juga, baru kali ini melihat sungai sebiru itu. Hampir sebiru laut!
Aliran airnya hanya sekitar 5meter, batu-batu besar menghiasinya, entah kenapa airnya biru, padahal tebing disisinya dihiasi tumbuhan hijau saking lebatnya hingga nyaris menutupi bagian atas. Tapi, gelombang sinar terpanjang yaitu biru mengalahkan warna hijaunya daun, jadi deh Kolam Abadi itu benar-benar blue. Kali ini snorkelingnya tidak ditemani oleh ikan-ikan badut yang mungil seperti di Karimunjawa. Tapi biarlah, yang penting airnya biru jernih dan kerikilnya menghibur walaupun dinginnya air membuat kulit keriput.
Sudah sore. Bahkan terlalu sore untuk melanjutkan perjalanan menuju air terjun Toreh-toreh, karena jarak kami cukup jauh terpaksa kami harus pulang tanpa harus ke air terjun paling bawah tersebut (Toreh-toreh dalam bahasa Batak Karo yang berarti bawah-bawah). Untungnya Bang Wanda bersama temannya siap mengantar kami hingga Medan Kota karena angkutan umum dari Desa Rumah Galuh sudah tidak ada lagi sejak jam 2 tadi siang. Akhirnya kami tiba dengan hati gembira pada pukul 20.00 WIB.

Jangan takut kemana-mana selagi dimana-mana itu masih ada orang :) 

CP PELARUGA Bang Wanda 085370542438

the shoot
cuss

kakak ku Herliana

berfoto di Pasar Bawah Binjai

masih di pasar

tiba di Pelaruga

galian tanah untuk jalur

trekking

si hijau mungil

tangga menuju air terjun tongkat


dilibas air

tongkat kayu dan tongkat air





biru Kolam Abadi



dasar biru kolam abadi




air yang jernih
 

4 komentar: