Ikan, mau sembunyi kemana?

Terumbu karang seakan menari, ikan terbawa arus tenang, indah sekali di dalam laut.

Senja Karimunjawa

Dari dermaga, puas melihat senja. Dari dermaga juga terlihat perahu berlalu-lalang.

Langit Jayagiri

Duduk di bumi perkemahan Jayagiri ditemani bintang yang terlihat malu-malu, dan cahaya lampu bumi Lembang.

Milky Way

Kumpulan jutaan bintang yang membentuk lintasan susu, Milky Way.

Indonesia itu Negara Kepulauan

Menuju pulau indah, bersih dan ramah.

Rabu, 23 Oktober 2013

Seminggu Mengajar di Kabupaten Lamandau



          Taman Kanak-Kanak umumnya adalah wahana untuk belajar dan bermain siswanya, sekolah memberikan fasilitas untuk melengkapinya.
TK TUNAS KARYA
          Berada di Jl. Makarti no.10 RT.12 Desa Bukit Harum, Kec. Menthobi Raya, Kab. Lamandau, Kalimantan Tengah, TK Tunas Karya berada. Ketika itu saya sedang mengantarkan sepupu untuk sekolah di tempat tersebut. Setelah melewati jalanan yang berupa gundukan tanah merah, banyak lubang dan sangat berdebu, saya tiba di tempat tersebut. TK itu hanya terdiri dari satu ruangan, dan halaman depan yang tidak terlalu luas dan tanpa wahana bermain apapun. Ruangan kelas sendiri terdiri dari dua kelas yang hanya diberi sekat berupa papan triplek untuk  memisahkan kelas nol kecil dan nol besar. Untuk standar TK yang notabene disebut sebagai Taman Bermain, TK ini masih sangat jauh dari bagaimana gambaran dan kenyataan TK yang seperti biasanya.
          Palu dan plat besi dikeluarkan oleh Ibu Guru dan kemudian menghasilkan bunyi yang cukup dikenal anak-anak tersebut sebagai sinyal agar dimulainya pelajaran. Sedikit terkejut juga, alat berat semacam itu digunakan sebagai media di sekolah. Kelas telah dimulai tetapi orangtua murid dengan sekenanya keluar masuk ruangan, ada anak yang selalu didampingi oleh ibunya, ada anak yang sibuk menikmati es di kedua tangannya, ada anak yang sibuk keluar masuk kelas, ada anak yang naik turun dari kursi ke meja, dan sebagiannya masih bisa mengendalikan dirinya untuk belajar.
           Setelah sekitar 10menit saya tidak melihat adanya keberadaan Guru TK Nol Kecil, selama itu saya melihat Guru TK Nol Besar sibuk bolak-balik masuk ruangan nol kecil, kemudian kembali lagi ke nol besar. Sedikit tergerak melihat keadaan tersebut, saya memutuskan untuk menawarkan bantuan kepada Ibu Guru yang sedang riweuh. “Ya, ya, silahkan mbak!” Jawab beliau tanpa pikir panjang, dengan pikiran yang terbagi-bagi tentunya.
          Tidak sempat melakukan perkenalan, hanya melanjutkan apa yang sedang ditugaskan beliau kepada para murid. Saya ternyata belum siap untuk melakukan pengajaran di ruangan itu, suara saya tidak cukup kuat untuk melampaui suara anak-anak di kelas saya, suara anak-anak dari kelas sebelah dan suara Ibu Santi sendiri. “Mbak Guru, tadi bilangnya apa?”, sahut salah satu anak bernama Jamal. Terpaksa saya harus mendatangi satu persatu murid dan agak sulit juga karena dalam satu bangku panjang ada lima murid, dan sebagian masih sibuk bermain. Saya mendatangi salah satu anak dan coba mengajarkan bagaimana bentuk angka 2, tetapi untuk memegang alat tulisnya juga si anak keberatan “moh !(yang artinya tidak mau!)” sahutnya dengan suara lantang, meletakkan alat tulisnya dan kembali menghabiskan jelly beku di tangannya.
          Setengah jam kemudian Ibu Santi menyuruh agar membubarkan kelas karena waktunya istirahat. Bermain kejar-kejaran dan bermain bola di lapangan di depan Kantor Kepala Desa yang sedang dibangun, hanya itulah permainan yang dapat dilakukan anak-anak tersebut. Walaupun demikian, mereka sangat menikmatinya. Di sela-sela istirahat, Ibu Winda datang setelah menyelesaikan urusannya dan beberapa menit kemudian, seorang bapak pengawas sekolah bergabung dalam percakapan kami. Ucapan terimakasih dari Ibu Winda  karena sudah turut membantu pada jam pertama tadi, dan pada jam kedua saya juga masih bisa bekerjasama dengan beliau.
          Dalam percakapan dengan kedua Guru dan Bapak pengawas, ternyata Ibu Winda masihlah seorang honorer sejak 7 tahun yang lalu telah mengabdi di sekolah ini dikarenakan hanya lulusan SMP. “Ya, ngga apa-apa mba, kita dipake syukur, ya ngga di pake juga ngga apa-apa,”sahut Ibu Winda ketika saya menanyakan bagaimana jika Guru yang sarjana dan berkompeten ditempatkan disini nantinya. Sedangkan Ibu Santi sudah PNS dan merupakan lulusan Pendidikan Agama Katolik. Bapak pengawas juga menambahkan, “Sekarang semuanya berlomba untuk hidup di kota besar, sehingga pendidikan di tempat seperti ini tidak banyak berkembang, hanya seperti itu dari dulu. Mba, nanti kalau udah selesai kuliahnya di Jawa, datang kesini aja Mba. Nanti dapat surat rekomendasi untuk mengajar disini, he..he..”timpal beliau.
          Itu adalah contoh kecil bagaimana potret pendidikan bangsa kita. Tidak dapat kita pungkiri, bahwa pendidikan Indonesia masihlah mengambang, mulai dari kurikulum, tenaga pendidik, dan lain sebagainya. Banyak tempat yang sangat perlu perhatian khususnya di bidang pendidikan. Theodore Brameld (1965) menegaskan bahwa pendidikan nasional merupakan suatu kekuatan.
          Begitu seterusnya saya lakukan rutinitas selama seminggu di Kab. Lamandau, sebagai Mbak Guru kepada adik-adik saya yang pintar dan cerdas. Ketika sebelumnya mereka belum tau cara minta maaf dan memaafkan teman, ketika sebelumnya mereka belum diajarkan cara menarik untuk diam yaitu melakukan tepuk diam, ketika sebelumnya mereka masih terlalu malu untuk bercerita kedepan kelas, ketika sebelumnya mereka terlalu segan untuk mengucapkan terimakasih. Terimakasih Tuhan, karena engkau menuntunku kesini. Semoga mereka menjadi generasi bangsa yang berbakti kepada bangsa dan negaranya.***
suasana belajar

suasana bermain

bermain sambil belajar

mba guru bersama murid

Ibu Santi

ruangan kelas

TK Tunas Karya