Diawali
dari cerita di sekre Jantera mengenai Bapak Geografi Heredotus yang pada zamannya melakukan
perjalanan ke Afrika dan membuat catatan perjalanan yang disebut logografi yang
kemudian menjadi awal mula ilmu Geografi. Jadi, awal mula ilmu Geografi
tersebut merupakan dari dilakukannya perjalanan disebutkan oleh kang Taufik
#Jantera.
Kali
ini membahas mengenai air terjun yang dalam bahasa Sunda disebut Curug ( disebutkan
oleh kang Bach cai nu urug, yang singkatnya berarti air yang longsor
), sementara dalam bahasa Inggris disebutkan waterfall ( yang
berarti air yang jatuh ). Yah, mau apapun bahasanya yang penting secara umumnya
air terjun adalah air yang jatuh ke bawah dengan arus yang cepat yang
disebabkan oleh formasi batuan yang mengalami patahan.
Aliran
air dari Gunung Tangkubanparahu yang mengalir dari Sungai Cimahi kemudian
berakhir di Sungai Citarum. Di sepanjang aliran sungai tersebut terdapat 6 air
terjun, tetapi sebelumnya dari Gn. Tangkubanparahu air mengalir ke Situ Lembang
yang konon diperkirakan sebagai kaldera dari Gn. Sunda yang kemudian oleh
kolonial Belanda pada saat itu dibentuk tanggul pada sisi-sisinya. Dari Situ
Lembang kemudian ke curug pertama yaiti Curug Layung à Curug Tilu à
Curug Brug Brug à Curug Cimahi, yang merupakan
curug yang paling dikenal oleh masyarakat banyak, dan menjadi salah satu tempat
wisata yang sering dikunjungi à Curug Penganten, terletak di
daerah Manglayang Kidul à Curug Lalay, yang terletak
jauh di bawah Curug Penganten, berjarak tempuh 1,5jam dari Curug Penganten dan
pada rute yang telah ada untuk menuju Curug Lalay harus melakukan penyeberangan
sungai sebanyak 15kali. Curug Lalay sendiri belum banyak yang mengetahui
keberadaannya tetapi, kali ini Jantera telah merencanakan untuk melakukan ulin (bermain) sambil belajar bersama ke
Curug Lalay. Rencana itu juga untuk mengekspos keberadaan Curug Lalay ke
tengah-tengah masyarakat.