Sabtu, 05 Juli 2014

Milyaran cahaya di Lintasan Susu

Apakah kamu tau jagat raya? Nah, katanya jagat raya itu sangat sangat sangatlah luas, belum ada yang mengetahui batasnya hingga dimana. Bumi adalah salah satu benda di jagat raya yang disebut planet, dan kita (aku, kamu, dia, mereka) adalah sebagian penghuninya. Teringat di mata kuliah pertama ku di Jurusan Geografi UPI, Pengantar Geografi. Pada mata kuliah ini, dibahas apa itu jagat raya. Dan inilah bagan secara rincinya yang dijelaskan oleh Prof. H. Nursid Sumaatmadja.



Tuh, terlihat kan bagian demi bagiannya. Jadi, manusia itu dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa itu bisa dibilang hanya butiran debu, atau lebih kecilnya lagi yaitu atom. Makanya wajar sekali apabila banyak nasehat-nasehat yang berbunyi agar kita tidak menyombongkan diri.
Itu sekilas tentang jagat raya, pokoknya gambaran jagat raya itu adalah suatu ruang yang dipenuhi oleh bermacam-macam benda angkasa mulai dari yang terang bercahaya hingga yang benar-benar gelap. Salah satunya kumpulan bintang-bintang yang terang yang kemudian membentuk suatu gugusan itu adalah galaksi. Terhitung banyak jumlah galaksi di jagat raya, hingga sekarang belum diketahui berapa banyak jumlahnya.
Salah satu galaksi di dunia itu adalah Milky Way. Galaksi Milky way atau di Indonesia dikenal dengan Galaksi Bima Sakti (dalam bahasa Inggris Milky Way, yang berasal dari bahasa Latin Via Lactea, diambil lagi dari bahasa Yunani Γαλαξίας Galaxias yang berarti "susu") adalah galaksi spiral yang memiliki 200-400 miliar bintang. Di galaksi inilah Bumi berotasi dan berevolusi bersama sekawanannya yang setia menemani di lintasan edarnya masing-masing. Diduga di pusat galaksi bersemayam lubang hitam supermasif (black hole). Sagitarius A dianggap sebagai lokasi lubang hitam supermasif ini.
Di dalam bahasa Indonesia, istilah "Bimasakti" berasal dari tokoh berkulit hitam dalam pewayangan, yaitu Bima. Istilah ini muncul karena orang Jawa kuno melihatnya susunan bintang-bintang yang tersebar di angkasa jika dihubungkan dan ditarik garis akan membentuk gambar Bima dililit ular naga maka disebutlah "Bimasakti". Sementara itu, masyarakat Barat menyebutnya "milky way" sebab mereka melihatnya sebagai pita kabut bercahaya putih yang membentang pada bola langit. Pita kabut atau "aura" cemerlang ini sebenarnya adalah kumpulan jutaan bintang dan juga sevolume besar debu dan gas yang terletak di piringan/bidang galaksi. Pita ini tampak paling terang di sekitar rasi Sagitarius, dan lokasi tersebut memang diyakini sebagai pusat galaksi. (wikipedia)
Melihat keindahan jalan/lintasan susu itu adalah hobiku sejak mulai menggemari kegiatan kemping. Apabila dulu aku hanya bisa menikmatinya hanya sekedar saja, maksudnya tidak serinci dengan yang biasanya kulihat di internet. Karena mata manusia itu terbatas, jadi tidak akan dapat melihat sang Bima lebih menggema. Beda halnya dengan kamera yang kini telah dilengkapi fitur-fitur canggih, sehingga bisa merekam cahaya susu itu jauh lebih indah.
Karena sudah punya, hobi sekarang itu ya bukan sekedar ngeliatin. Tapi mulai motoin :D ya setidaknya untuk dinikmati sendiri, menghibur keterbatasan mata. Coba kalau mata itu bisa dinaikin IS0nya seperti pada kamera, ya bisa saja kita melihat cahaya-cahaya milyaran bintang itu, tapi itu hal yang tidak mungkin!
Dengan pengaturan ISO, Bukaan, dan Shutter Speed kemudian kamera ditempelin pada tripod dengan lensa menganga ke langit. Menunggu sekitar 25detik. Baru muncul hasilnya pada LCD Pentax-ku.
Ini adalah Bima Sakti, Milky Way, dari langit Garut, desa Sindangmekar, tempat KKN-ku :D.

0 komentar:

Posting Komentar