Selasa, 01 Juli 2014

Kidulan di sepanjang Garut Selatan

“Pantai mah kidulan, bermain lagi kesini lain kali ya Nak!” begitulah ucap Bapak penjaga penginapan tempat mahasiswa Geografi UPI melaksanakan praktikum sebelum kami berangkat pulang kembali menuju Kota Kembang. Disebut kidulan mungkin karena cerita sang Ratu Pantai Selatan yang telah melegenda di sepanjang selatan Pulau Jawa, tetapi aku sendiri belum mengerti maksud perkataan beliau tersebut. Mungkin ada hubungannya dengan syuting film itu? Atau dengan kelima mahasiswa yang masih belum ditemukan itu? Entahlah. Yang pasti itu adalah Pantai Selatan!
***
Perjalanan kali ini aku bersama adik angkatan Geografi, amanah sebagai asisten dosen mengharuskan aku mengikuti perjalanan ini. Perjalanan Bandung-Garut termasuk perjalanan panjang, sebelumnya keadaan masih baik-baik saja, namun setelah masuk ke rute istimewa baru beberapa mahasiswa yang se-bus bersama akuharus merasakan sensasi mabuk darat.
Malam hari baru kami tiba di tujuan. Basecampnya terletak tepat di pinggiran pantai.Esok paginya baru mulai menikmati indahnya tempat penginapan kami. Pagi itu,fajar juga menyingsing dari pantai sebelah timur. Fajar muncul dari riak ombak itu sangat menggoda, jongkok di antara padang lamun dan terumbu karang, mencium segarnya aroma lautan dan merasakan sensasi hempasan butiran air dari sang ombak.
Teknis praktikumnya, mahasiswa disebar ke beberapa plot sesuai dengan, aku sendiri masuk ke plot bagian barat. Dengan menggunakan pick-up, kami melewati jalan yang rusak parah. Daribasecamp Desa Cijambe menuju plot di Desa Karangwangi memakan waktu 2 jam lebih. Sepanjang perjalanan Pak Gungun yang menjadi supir, banyak bercerita mengenai tempat yang kami lewati.
Diceritakan mulai dari pantai yang merupakan tempat penginapan kami yaitu Pantai Cikelet, kemudian ada Pantai Keputihan yang ada di Desa Cigadog, tak jauh dari jembatan Cicalengka ada Pantai Karangsari yang mempunyai gua, selanjutnya Pantai Cijayana, Pantai Cicalobak yang sudah dilengkapi dengan fasilitas wisata begitu juga dengan Pantai Puncak Guha dan Pantai Rancabuaya. Pantai Karangsari, salah satu pantai yang ada guanya diberi nama Guha Mekmek disebut demikian karena pintu guanya dikatakan mirip dengan alat vital wanita. Gua tersebut pernah beberapa kali dijadikan tempat syuting film, dan juga reality show sebut saja Dunia Lain. Dijadikan tempat syuting, karena diyakini tempat tersebut terkesan mistis dan memang ada ‘penghuni’nya.
Pembicaraan dengan beliau masih berlanjut, sampai 5 tiang tinggiyang berdiri di sisi tebing itu dilewati, ada sebuah tugu berupa nisan di tengahnya. Diceritakan, bahwa tempat tersebut dijadikan sebagai tugu mahasiswa yang hilang. Dari 9 kawanan dalam 1 kelompok, 5 diantaranya hilang tidak tahu entah dimana. Kejadian tersebut berlangsung sekitar 4 bulan yang lalu. Kesan ‘kidulan’ semakin tersirat dari cerita beliau.
Selagi mereka praktikum, aku langsung menuju salah satu pantai. Pantai Ranca Buaya-lah yang akhirnya aku kunjungi karena itu yang terdekat. Perahu nelayan berbaris rapi di pinggir pantai, saung-saung kecil berdiri menghadap laut, pohon palem dan kelapa berdiri tegak hingga miring, meneduhkan saung. Sementara pasir tertutupi oleh tumbuhan yang menyebar menjalar. Ciri khas Pantai Ranca Buaya ini adalah karang-karangnya yang bentuknya beranekaragam dan unik. Salah satunya ada yang dinamakan batu jamur, karena bentuknya, itu dikarenakan pengikisan oleh ombak terhadap dinding batu tersebut sehingga membentuk jamur.
Selang beberapa jam, pengambilan data ke lapangan telah selesai. Segera kami menjemput untuk segera pulang ke basecamp. Tetapi, sebelum kami langsung terjun pulang, Pak Gungun mengajak kami terlebih dahulu untuk bermain ke pantai lainnya. Adalah gapura bertuliskan “Selamat Datang di Tempat Wisata Puncak Guha” dengan siluet kelelawar di sebelahnya.
Kami melewati gapura itu, dan terhamparlah padang rumput yang hijau di hadapan kami, lengkap dengan kambing-kerbau yang sedang bersantai diatasnya. Sesampainya ke dalam, kita disajikan pemandangan yang luar biasa indah. Ceritanya kita sedang berada di tempat yang tinggi, ada padang rumput di sebelah Utara, kemudian menghadap ke Timur ada jajaran pantai dihiasi ombak yang saling berkejaran, ke arah Selatan adalah Samudera Hindia, dan diujung tebing itu ada saung kecil yang membuat tempat ini semakin menarik. Tapi aku sendiri masih bingung kenapa ini dinamakan Pantai Puncak Guha, sebelum kemudian Pak Gungun yang ngomong, “Neng, ka handap neng, aya guha (Neng, ke bawah neng, ada gua).”
Langsung saja aku bersama teman-teman lainnya ke bawah, ke arah yang ditunjuk oleh beliau, dan Wah! Karena tenaga ombak yang sangat kuat, pengikisan itu membuat lubang besar dan pengikisan yang menghantam bagian yang lemah kemudian mengalami runtuhan, tebentuklah lubang alami itu. Ternyata guanya hanya merupakan sebuah lubang vertikal kira-kira berdiameter 5 meter sedalam , ketika menilik, kita dapat melihat langsung hempasan ombak yang menerobos hingga ke dalam gua. Selain itu, ada banyak lalay, yaitu kelelawar kecil yang beratraksi di dalam gua yang menyisakan bau guano yang menusuk. Ingin rasanya melakukan rappeling(teknik turun tali) disitu. Edisi kidulan hari ini selesai.
Esoknya, kita mulai bersiap-siap menyapa Pantai Selatan lainnya. Akhirnya kami tiba di Pantai Santolo. Disebut Pantai Santolo karena adanya pulau yang ada di seberang daratan. Hanya perlu membayar Rp. 2.000,- untuk sampai ke pulau itu dengan menggunakan perahu nelayan karena jaraknya yang dekat. Sekat kecil antara daratan dan pulau tersebut diisi dengan barisan perahu nelayan, dan ada gundukan-gundukan batu yang digunakan sebagai pemecah ombak memanjang disitu. Setelah melewati warung-warung kecil baru kami sampai di pantai luas dengan matahari yang terik. Keadaan pantai yang ramai pengunjung membuat kami ingin segera bermain di air itu. Pantai Santolo tak seperti pantai lainnya di Garut Selatan, boleh dibilang ini sudah cukup terkenal, sehingga ramai dengan pedagang dan juga pengunjung, selain itu disini dapat menikmati wahana salah satunya banana boat.
Selesai dari Pantai Santolo, Pantai Karang Paranye menunggu. Sedikit cerita mengenai Pantai Karang Paranye. Pak Gungun mengatakan bahwa dulunya pernah dilakukan ritual Pantai Selatan di Karang Paranye, ritual semacam memberi persembahan ke tengah laut itu ternyata pernah diadakan disini. Bisa dibilang kalau di pantai ini lebih kuat kesan penguasa Pantai Selatan-nya.
Di Pantai Karang Paranye kita diberikan pemandangan lain, yaitu ombak yang benar-benar tinggi dan kuat yang menghempas karang besar, lagi-lagi, disini ada saung kecil yang berdiri diatas karang besar, sementara para pemancing duduk tersebar di atas karang-karang itu. Setelah dari situ, kami lanjut ke Pantai Sayang Heulang.

Itulah pantai-pantai yang menghias Garut Selatan, dan masih banyak lagi, yang pastinya masih melekat kuat bersama Ratu Selatan sang penguasa Pantai Selatan dengan segala keindahannya. 
***
Sun rise di Pantai Cikelet

Pemancing di Pantai Karang Paranye

Pantai Karang Paranye

Pantai Ranca Buaya

Pantai Sayang Heulang



Gua di Pantai Puncak Guha
Pantai Cikelet


Ombak Pantai Santolo


biota laut

Karang di Pantai Ranca Buaya

Ber-banana boat di Pantai Santolo

Pantai Puncak Guha

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Terimakasih.. walaupun banyak yang harus diperbaiki sebenarnya dari cara penulisannya :D

      Hapus