"Udah nyampe mana skripsi lu"
"Skripsi udh BAB berapa"
"Kapan nih lulus?"
"Kapan lulus, nang?" (nang : batak ; panggilan untuk anak cewe biasanya dari orang tua. Kalau Jawa = nduk)
Itu semacam pertanyaan yang terus bermunculan dari orang-orang yang ada di sekitar kita, ya, bisa dikatakan termasuk orang peduli lah. Mikir positif aja men, walaupun ya terkadang pertanyaannya itu seakan-akan menunjukkan si penanya berkata dalam hati "nih, liat gua dong. Udah penelitian. nih, liat gua dong, ntar lagi gua bakal sidang."
Ya, aku maklumlah kalau banyak orang melontarkan pertanyaan gitu. Secara, itu tuh pertanyaan yang sama yang aku tanyakan kalau ketemu dengan senior-seniorku dulu. Hee~~
Ya, da aku mah apa atuh. Ini juga baru beres seminar (baca: 25 Feb 2015). Setelah proposal selesai sejak semester 6, eh kemudian di-anteup (sunda: dibiarkan) sampai akhir tahun kemarin baru buka-buka lagi. Ceritanya sih sibuk PPL ~eh apaan! kalau orang-orang mah bilangnya "sibuk jalan-jalan wae si Novi, mah!"
Bukan jalan-jalan itu mah, nyari pengalaman. Toh aku juga punya karya. -pembelaan- hehe
Kalau soal bimbing-bimbingan mah ya. Bukan itungan satu tangan aku bimbingannya ke dosen terpilih. Tapi ya paling yang ditilik itu model penulisan, rumusan masalah, variabel, sumber, daftar pustaka, dan judul paling. Ya, berhubung anak Geografi pasti ditanyain peta (yang banyak umat pada hoream (sunda : malas) ngerjainnya, pusing ngeliatin garis dan bentuk yang bercorak itu). Bimbingan juga ga memakan waktu yang lama.
Nah, itu pada saat bimbingan proposal. Sebelum seminar.
Pada saat seminar, lembar pengesahan yang ditandatangani oleh dosen pembimbing proposal itu menjadi pegangan kita.
"Wah, udah bisa seminar euy!" bergumam dalam hati.
"Ya, silahkan kepada saudara Novi untuk mempresentasikan proposal skripsinya."dosen moderator.
Bla..bla...bla..bla.. presentasi berlangsung.
"Dipersilahkan kepada dosen pembahas dan pembimbing untuk membahas."masih dosen moderator.
"Terimakasih, pak. Oke, saudara Novi. Ini tentang peta mikrozonasi dan kesiapsiagaan, disini itu dimana geografinya?"
"Di UPI pak."jawab dosen satunya.
Haduhlah. Bener kata senior geografi.
Diibaratkan apabila kita masuk rumah sakit, maka bau obat-obatan ataupun zat-zat kimia lainnya masih akan terasa, jadi kita secara langsung menyadari kita di rumah sakit. Semakin lama berada di rumah sakit, hidung akan beradaptasi dan bau-bauan yang sebelumnya dicium sudah semakin hilang.
Nah, kalau ini, semakin lama di Geografi juga semakin bingung dimana ke-Geografiannya.
"Tapi kan pak, peta itu masuk mata kuliah kartografi yang pernah dipelajari. Kesiapsiagaan juga masuk ke dalam Mata Kuliah Mitigasi Bencana"jawab aku.
"Apa bedanya anak geodesi bikin peta dengan anak geografi?"
"...."
"Pada pendekatannya, neng Novi"
Membatin deh.
"Ai bapak. Aku teh bimbingannya ke bapak. Tapi ga pernah di cek ini. Lebok lah dakuww T.T"
Faktanya...
Tingkat ketelitian dosen itu berbeda pada saat bimbingan dan seminar. Haha
Bisa dikaji nih dalam bentuk skripsi dengan judul
Hubungan ketelitian dosen dengan waktu pembacaan proposal.